Oleh: Andi Hakim Lubis.
Pendidikan dianggap begitu amat penting karena bangsa yang besar akan terwujud apabila ditopang dengan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas yaitu dengan pendidikan”
Tulisan ini berawal pada saat penulis membaca sebuah refleksi yang dimuat di tabloid intelektual. Tabloid tersebut di terbitkan oleh salah satu Perguruan Tinggi Swasta diwilayah Sumatera Utara.
Refleksi tulisan itu berisi tentang “encouragement“ ini merupakan sebuah filosofi tentang cara mendidik yang baik dan benar untuk merangsang seorang anak didik supaya bisa berkembang dan lebih maju. Tulisan ini begitu amat penting menurut penulis supaya kita mulai berbenah diri untuk mengubah strategi sebagai wujud cara mendidik para pelajar sehingga mampu mengahasilkan sebuah bibit – bibit unggul generasi penerus bangsa yang mempunyai karakter mapan.
Sebuah fakta yang tidak terbantahkan bahwa semenjak di didik dari bangku Sekolah Dasar kita sudah dihadapkan dengan tenaga pengajar yang selalu memberikan nilai jelek apabila tidak mampu menjawab tugas yang diberikan. Bahkan sesuatu yang sangat lumrah apabila tenaga pengajar tersebut pun memberikan hukuman bukan dengan nilai jelek saja. akan tetapi dengan menyuruh untuk berdiri di atas kursi dengan satu kaki sampai si mata pelajarannya selesai, dan masih banyak lagi hukuman yang lain.
Cara memberikan hukuman terhadap anak didik seakan telah menjadi budaya bagi dunia pendidikan di negara indonesia. Tenaga pengajar dalam memberikan hukuman terhadap anak didik memang pada dasarnya bukan tanpa sebab. Ini diberikan dengan maksud supaya mereka menjadi lebih disiplin dan lebih giat dalam belajar. Namun, apakah dengan cara menghukum seperti ini bisa efektif bagi mereka ?
Pertanyaan diatas merupan hal yang sangat mendasar untuk kita jadikan sebagai renungan. Bagaimana tidak, bila cara mendidik yang seperti ini terus dilakukan niscahya akan memberikan fobia tersendiri bagi mereka. Pengalaman yang dialami penulis pada saat duduk dibangku sekolah juga banyak menyimpan cerita tentang hukuman yang selalu diberikan terhadap peserta didik. Mulai dari berdiri diatas kursi, ditampar, dipukul pakai penggaris, tangan dipukul pakai pengahapus papan, menghormat bendera di siang terik, lari keliling lapangan dan masih banyak lagi, tidak mungkin penulis sampaikan satu persatu. Menurut penulis sendiri yang pernah merasakan hal yang seperti itu, bersekolah telah membuat kita tidak nyaman, mematikan semua inisiatif dan menurunkan semangat untuk belajar.
Meski hal yang mungkin positifnya membuat lebih disiplin, tapi masih kata – kata mungkin sampai saat ini cara tersebut membuat anak menjadi semakin terpuruk.
Cara mendidik dengan memberikan hukuman terhadap peserta didik juga mengakibatkan mereka tidak mampu berkembang secara individu. Temuan – temuan ilmu baru baru tantang otak manusia menyatakan ternyata otak itu tidak statis melainkan dapat mengecil dan sebaliknya dapat tumbuh dan berkembang. Semua itu tergantung dari ancaman atau dorongan kah yang didapat dari orang sekitarnya termasuk tenaga pengajar.
Hal ini membuktikan bahwa memberikan hukuman terhadap peserta didik akan memberikan dampak tidak bagus bahkan memberikan ketakutan yang berlebihan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan peserta didik. Bisakah kita menghasilkan generasi – generasi hebat dengan cara menciptakan ketidak nyamanan dan rasa takut ? mari kita renungkan secara bersama – sama supaya kita mampu mengubah kebiasaan cara mendidik yang telah berlangsung lama dinegeri tercinta indonesia. sehingga diharapakan kita mampu intropeksi diri dan berbenah.
Kalau kita berkaca terhadap cara mendidik diliuar negeri. Seharusnya kita malu selalu memberikan hukuman terhadap peserta didik. Mengutip tulisan dari Prof. Rhenal Kasali “ saya ingat betul bagaimana guru – guru di amerika memajukan para anak didiknya. Saya berfikir pantaslah anak – anak disana mampu menjadi seorang penulis dengan karya – karya ilmiah yang begitu hebat, bahkan mampu menerima hadiah nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademisi, melainkan meraka mempunyai guru yang memiliki karekter yang sangat kuat, membangun, bukan merusak.
Bila peserta didik mendapat kesulitan dalam pelajaran mereka, rapornya tidak diberi nilai merah terlebih hukuman, melainkan dengan memberikan dorongan untuk bekerja lebih keras “. Sungguh sangat berbeda dengan kondisi cara mendidik dinegara indonesia. Mengapa kita tidak bisa melaksanakan “encouragement “ didalam dunia pendidikan kita ? Apakah ini merupakan wujud balas dendam karena tenaga pengajar yang ada sekarang juga merupakan generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman tersebut ? Sampaai kapan dunia pendidikan kita akan terus seperti ini.
Di media elektronik juga sering diberitakan kekejaman seorang tenaga pengajar yang melakukan tindak kekarasan terhadap peserta didiknya, bahkan sampai harus mendaptkan perawatan. Kejadian – kejadian seperti inilah yang menciptakan citra buruk terhadap dunia pendidikan indonesia.
Menerapkan Encoragement
Mencermati berbagai problematika yang dihadapkan terhadap dunia pendidikan di indonesia, sudah sepantasnya lah para tenaga pengajar menerapkan strategi “encouragement “dimaksud. Ini sangat dianggap penting untuk mencetak generasi – genarasi yang piawai dan mempunyai karakter mapan. Tenaga pengajar juga diharapkan mempunyai rasa memiliki terhadap masa depan bangsa (human of belloging) yaitu dengan bukan hanya sebatas simbolis sebagai tenaga pengajar melainkan, mampu memberikan pemahaman terhadap peserta didik supaya mereka bisa terus maju. Dengan kata lain, strategi cara mendidik ini akan memberikan banyak hasil yang positif..
Bila cara mendidik seperti ini diterapkan di indonesia, secara otomatis akan mampu menghasilkan peserta didik yang unggul. Mampu melanjutkan estafet kepemimpinan sehingga mampu membawa nama indonesia di kancah dunia. Peserta didik juga akan terus berkarya seperti yang di utarakan Prof. Rhenal Kasali diatas.
Selain itu, tenaga pengajar juga diharapkan bisa membangun karakter peserta didik, selalu memberikan motivasi belajar, memberikan pemahaman yang mudaha diterima oleh mereka. Sehingga dengan generasi penerus bangsa dimasa depan bisa membawa negara indonesia menjadi maju. Pendidikan dianggap begitu amat penting karena bangsa yang besar akan terwujud apabila ditopang dengan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas yaitu dengan pendidikan. ***
Penulis adalah Staf Rektor Universitas Medan Area